Jumat, 04 Juli 2014

BAB VII :Teknologi Sistem Informasi Perbankan



7.1.Teknologi Sistem Informasi Perbankan

Penerapan teknologi komputer dan telekomunikasi di perbankan merupakan fenomena yang berkembang sangat luas dan cepat di perbankan nasional. Istilah ini mengacu ke ketentuan mengenai penggunaan Teknologi Sistem Informasi (TSI) oleh bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.

Keberhasilan bank akan sangat ditentukan kualitas kinerja TSI, yang akan terus dikembangkan secara luas untuk memenuhi kepentingan bisnis bank dan nasabahnya. Kecenderungan proses otomatisasi ini akan terus berlanjut di tahun-tahun mendatang, seiring dengan perkembangan perbankan nasional sebagai lembaga kepercayaan masyarakat dalam menjalankan fungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary).

7.2.Perkembangan Teknologi Komputer Di Perbankan.

Semakin majunya teknologi di dunia transaksi perbankanpun mulai mengunakan teknologi berbasis komputer untuk mempermudah transaksi dengan nasabah. yang tadinya melayani nasabah dengan harus bertemu / nasabah datang ke cabang2 bank yang disediakan oleh bank yang dia gunakan untuk menabung/infertasi menjadi lebih mudah karena bank mulai mengunakan teknoligi berbasis komputer dan sekarang sudah bisa mengakses lewat internet bahkan dengan mobile “HP” dengan SMS sudah banyak diterapkan bank.

Minggu, 11 Mei 2014

BAB IV RASIO KEUANGAN BANK & TINGKAT KESEHATAN BANK

I.                   Pengenalan Rasio Keuangan Bank
    Analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan. Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan (Bahtiar Usman, 2003).
      Analisis rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang banyak digunakan. Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterprestasikan dengan tepat mengidentifikasi area yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Analisa rasio dapat mengungkapkan hubungan penting dan menjadi dasar perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio. Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila berorientasi ke depan. Hal ini berarti kita sering menyesuaikan faktor-faktor yang mempengaruhi rasio untuk kemungkinan tren dan ukurannya di masa depan. Kita juga harus menilai faktor-faktor yang berpotensi mempengaruhi rasio di masa depan. Karenanya, kegunaan rasio tergantung pada keahlian penerapan dan interprestasinya dan inilah bagian yang paling menantang dari analisis rasio (Wild, Subramanyam, Halsey, 2005).

      Analisis rasio keuangan memberikan kerangka hubungan antar pos-pos neraca dan perhitungan laba rugi, memungkinkan seseorang menelusuri sejarah suatu perusahaan dan menilai posisi keuangannya saat ini, serta  memungkinkan bagi manajer keuangan memperkirakan reaksi kreditur atau investor terhadap keadaan keuangan perusahaan dan dengan demikian dapat mancari cara-cara yang tepat untuk mendapatkan dana. (S. Munawir (2007:65) )
A.       Legal Reserve Requipment (LRR)
      Ketentuan bagi setiap bank umum untuk menysihkan sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam bentuk giro wajib minimum berupa rekening giro bank yang bersangkutan pada bank Indonesia.
B.       Loan to deposit Ratio (LDR)
      LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Agus Suyono, 2005). LDR dihitung dari perbandingan antara total kredit dengan dana pihak ketiga. Total kredit yang dimaksud adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk kredit kepada bank lain). Dana pihak ketiga yang dimaksud yaitu antara lain giro, tabungan dan deposito (tidak termasuk antarbank). Standar terbaik LDR adalah diatas 85%. Untuk dapat memperoleh LDR yang optimum, bank tetap harus menjaga NPL.
      LDR berpengaruh terhadap Earning After Tax (EAT), apabila LDR besar maka EAT besar. LDR bergantung pada manajemen bank. Besar LDR bank tidak sama. Hubungan LDR dengan EAT bersifat bebas, tidak autokorelasi. Semakin besar LDR semakin besar potensi mencapai EAT, sejauh NPL bisa ditekan (Agus Suyono, 2005).
C.       Capital Adequacy Ratio (CAR)
      CAR adalah rasio atau perbandingan antara modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko (ATMR). CAR menjadi pedoman bank dalam melakukan ekspansi di bidang perkreditan. Dalam prakteknya perhitungan CAR yang oleh Bank Indonesia disebut Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank (KPMM) tidaklah sederhana. KPMM adalah perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR). Baik ATMR maupun Modal Bank memerlukan rincian dan kesamaan pengertian apa yang masuk sebagai komponen untuk menghitung ATMR dan bagaimana menghitungnya. Begitu juga Modal, perlu dirinci apa yang dapat digolongkan dan diperhitungkan sebagai Modal Bank. Petunjuk mengenai hal ini diatur dasar-dasarnya oleh Bank Indonesia melalui ketentuan SE BI No. 26/1/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Mengenai pengertian dan perincian modal yang terdiri dari Modal Inti dan Modal Pelengkap, telah dilakukan penyempurnaan oleh BI melalui Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001, dengan berpedoman kepada ketentuan sebelumnya sebagai berikut (Z. Dunil, 2005) :
1.        Di dalam perhitungan laba tidak termasuk pengakuan laba karena penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan.
2.        Di dalam komponen modal yang disetor tidak termasuk pengakuan modal yang dipesan yang berasal dari piutang kepada Pemegang Saham sebagaimana ditetapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 21 tentang akuntansi ekuitas.
3.        Yang dimaksud dengan dana setoran modal adalah dana yang sudah disetor penuh untuk  tujuan penambahan modal namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk dapat dgolongkan sebagai modal disetor seperti pelaksanaan rapat umum pemegang saham maupun pengesahan anggaran dasar dari instansi yang berwenang. Untuk dapat digolongkan sebagai Dana Setoran Modal maka dana tersebut harus ditempatkan pada rekening khusus (escrow account) dan penggunaannya harus dengan persetujuan Bank Indonesia.
4.        Cadangan Revaluasi Aktiva Tetap tidak dapat dikapitalisir ke dalam modal disetor dan dibagikan sebagai saham bonus dan atau deviden. Kekurangan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif oleh Bank merupakan komponen biaya pada laba tahun berjalan.
5.        Yang dimasukkan ke dalam komponen laba tahun lalu dan tahun berjalan adalah jumlah setelah diperhitungkan taksiran pajak kecuali apabila Bank diperkenankan  mengkompensasi kerugian sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku.
6.        Peningkatan atau penurunan harga saham pada portofolio yang tersedia untuk dijual merupakan selisih antara harga pasar dengan nilai perolehan atas penyertaan Bank pada perusahaan yang sahamnya tercatat di Pasar Modal.
D.       Perhitungan Legal Lending Limit (LLL)
      Faktor Permodalan (Capital), Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning) dan Likuiditas. Analisis ini dikenal dengan istilah Analisis CAMEL
·         Aspek Permodalan (Capital)
      Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan paa CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.
·         Aspek Kualitas Aktiva Produktif (Asset)
      Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya.
·         Aspek Kualitas Manajemen (Management)
      Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang ebrsangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani bebagai kasus yang terjadi.
·         Aspek Rentabilitas (Earning)
      Penilaian aspek ini diguankan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO).
·         Aspek Likuiditas (Likuidity)
      Aspek kelima adapah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dukatakan likuid, apabila bank yangbersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
E.       Non Performing Loan (NPL)
      Yang dimaksud dengan NPL adalah debitur atau kelompok debitur yang masuk dalam golongan 3, 4, 5 dari 5 golongan kredit yaitu debitur yang kurang lancar, diragukan dan macet. Hendaknya selalu diingat bahwa perubahan pengolongan kredit dari kredit lancar menjadi NPL adalah secara bertahap melalui proses penurunan kualitas kredit (Z. Dunil, 2005).
      Salah satu resiko yang muncul akibat semakin kompleknya kegiatan perbankan adalah munculnya non performing loan (NPL) yang semakin besar. Atau dengan kata lain semakin besar skala operasi suatu bank maka aspek pengawasan semakin menurun, sehingga NPL semakin besar atau resiko kredit semakin besar (Wisnu Mawardi, 2005). NPL adalah rasio kredit bermasalah dengan total kredit. NPL yang baik adalah NPL yang memiliki nilai dibawah 5%. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin kecil NPL semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung bank. Bank dengan NPL yang tinggi akan memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Wisnu Mawardi, 2005).
      Kredit yang masuk ke dalam kualitas kredit kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia (SE No. 7/3/DPNP). NPL yang digunakan dalam penelitian ini merupakan angka perubahan NPL bulan Desember 2008 dan Januari 2009, dengan kategori 1 = meningkat, 0 = menurun atau tetap.
      Variabel Kebijakan Bank Indonesia (KBI) mempengaruhi NPL secara signifikan. KBI No. 7 Tahun 2005 menyebutkan bahwa adanya pengharusan dilakukannya penyeragaman penilaian dan pengategorian kualitas aktiva produktif oleh bank. Hasil pengolahan nilai signifikansi variabel KBI adalah 0,016. Hal ini berarti KBI signifikan mempengaruhi NPL pada tingkat kepercayaan 95% karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 dan terjadi perbedaan yang nyata antara NPL setelah diterapkannya KBI dengan NPL sebelum diterapkannya KBI.
F.        Net Interest Margin (NIM)
      NIM merupakan perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap rata-rata aktiva produktif. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan bunga (interest bearing assets). Menurut Peraturan Bank Indonesia nomor 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang dimaksud dengan aktiva produktif adalah penyediaan dana bank untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, tagihan akseptasi, tagihan atas surat berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali, (reverse repurchase agreement),  tagihan derivatif, penyertaan, transaksi rekening administratif serta bentuk penyediaan dana lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. Oleh karennya bank wajib menjaga selalu kualitas aktiva produktifnya dan melaporkan perkembangannya ke Bank Indonesia secara berkala.
      Selain menjaga kualitas aktiva produktifnya, untuk menjaga posisi NIM perlu memperhatikan perubahan suku bunga. Dalam mencapai keuntungan yang maksimal selalu ada risiko yang sepadan, semakin tinggi keuntungannya semakin besar risiko yang dihadapi. Yang dalam perbankan sangat dipengaruhi oleh besarnya suku bunga (interest rate). Peningkatan keuntungan dalam kaitannya dengan perubahan suku bunga sering disebut NIM (Net Interest Margin), yaitu selisih pendapatan bunga dengan biaya bunga (Indira Januarti, 2002).
      Ukuran perbedaan antara bunga pendapatan yang dihasilkan oleh bank atau lembaga keuangan lain dan nilai bunga yang dibayarkan kepada pemberi pinjaman mereka (misalnya, deposito), relatif terhadap jumlah mereka (bunga produktif ) aset. Hal ini mirip dengan margin kotor perusahaan non-finansial.
      Hal ini biasanya dinyatakan sebagai persentase dari apa lembaga keuangan memperoleh pinjaman dalam periode waktu dan aset lainnya dikurangi bunga yang dibayar atas dana pinjaman dibagi dengan jumlah rata-rata atas aktiva tetap pada pendapatan yang diperoleh dalam jangka waktu tersebut (yang produktif rata-rata aktiva).

II.                Tingkat Kesehatan Bank
      Kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal & mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dan sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku.  Suatu Bank Harus Diawasi  karena fungsi Bank Sebagai Lembaga Intermediasi, Fungsi Memperlancar Sistem Pembayaran,  Lembaga Perantara Kebijakan Moneter
      Strategi Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia diantaranya :
1.    Pengawasan Normal (Rutin) .
Bank yang memenuhi kriteria tidak  memiliki potensi atau tidak  membahayakan  kelangsungan usahanya
2.    Pengawasan Intensif
Bank memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
o   Bank melaporkan hal-hal tertentu kepada BI
o   Pembaharuan rencana kerja terhadap sasaran yang akan dicapai.
o   Meyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi.
o   Menempatkan pengawas atau pemeriksa BI          pada bank(bila diperlukan)
3.    Pengawasan Khusus
Bank yang mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya :
o   Memerintahkan bank untuk mengajukan rencana perbaikan permodalan (tertulis)
o   Memerintahkan bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan perbaikan
Hasil Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum :


Manfaat Penilaian Kesehatan
  1. Bank : salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha
  2. BI : pengawasan

FAKTOR-FAKTOR PENILAIAN (CAMELS)
A.                 Penilaian Permodalan (Capital)
Penilaian pertama adalah aspek permodalan, dimana aspek ini menilai permodalan yang dimiliki bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan paa CAR (Capital Adequacy Ratio) yang ditetapkan BI, yaitu perbandingan antara Modal dengan Aktiva Tertimbang Menurut Resiko.  
Kecukupan pemenuhan ”Kewajiban Pemenuhan Modal Minimum” (KPMM) terhadap ketentuan yang berlaku  


Komposisi permodalan =
Tier1
Tier1 + Tier 2

Tier1: Moda inti          Tier2 : Modal pelengkap           Tier3 : Modal pelengkap tambahan
Aktiva Produktif yang Diklasifikasikan (AYPD) dibandingkan modal bank
o   25% : dalam perhatian khusus
o   50% : kurang lancar
o   75% : diragukan
o   100% : macet
Kemampuan bank memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari keuntungan (laba ditahan)

Devidend Pay Out Ratio =
Devidend yang dibagikan
Laba setelah pajak

Retention Rate  =
Laba ditahan
Modal rata-rata


B.                 Penilaian Kualitas Aset (Asset Quality)
Aktiva produktif atau Productive Assets atau sering disebut dengan Earning Assets adalah semua aktiva yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk dapat memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya. Ada empat macam jenis aktiva produktif yaitu :
a. Kredit yang diberikan
b. Surat berharga
c. Penempatan dana pada bank lain
d. Penyertaan
Penilaian aset, sesuai dengan Peraturan BI adalah dengan membandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Selain itu juga rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan. Klasifikasi aktiva produktif merupakan aktiva produktif yang telah dilihat kolektabilitasnya, yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet.
C.                 Penilaian Manajemen (Management)
Aspek ketiga penilaian kesehatan bank meliputi kualitas manajemen bank. Untuk menilai kualitas manajemen akan mengajukan 250 pertanyaan yang menyangkut manajemen bank yang ebrsangkutan. Kualitas ini juga akan melihat dari segi pendidikan serta pengalaman para karyawannya dalam menangani bebagai kasus yang terjadi.
D.                 Penilaian Rentabilitas (Earnings)
Penilaian aspek ini diguankan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi ROA atau Rasio Laba terhadap Total Aset, dan Perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional (BOPO)
-        ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NIM (Net Interest Margin)
-        BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional)
-        Pertumbuhan laba usaha : Pendapatan operasional- Biaya operasional
-        Komposisi portofolio aktiva produktif & diversifikasi pendapatan
-        Fee Based Income Ratio
-        Penerapan prinsip aktiva dalam pengakuan pendapatan & biaya
-        Prospek laba operasional
E.                 Penilaian Aspek Likuiditas (Likuidity)
Aspek kelima adapah penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dikatakan likuid, apabila bank yangbersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai.
Penilaian dalam aspek ini meliputi :
a.       Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap Aktiva Lancar
b.      Rasio kredit terhadap dana yang diterima oelh bank seperti KLBI, Giro, Tabungan, deposito dan lain-lain.
F.                  Penilaian Sensitivity Of Risk
Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a.       kemampuan modal Bank dalam mengcover potensi kerugian sebagai akibat fluktuasi (adverse movement) suku bunga dan nilai tukar;
b.      kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
Untuk penetapan peringkat setiap komponen dilakukan perhitungan dan analisis dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan dengan mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas materialitas dan signifikansi dari setiap komponen yang dinilai.
Berdasarkan hasil penetapan peringkat setiap faktor ditetapkan Peringkat Komposit (composite rating) sebagai berikut:
a.      Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan bahwa Bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan;
b.      Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan bahwa Bank tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun Bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin;
c.      Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan bahwa Bank tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila Bank tidak segera melakukan tindakan korektif;
d.     Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan bahwa Bank tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau Bank memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan korektif yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.
e.      Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan bahwa Bank tergolong tidak baik dan sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan serta mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya.




Sumber sumber :

Senin, 05 Mei 2014

BAB III Manajemen Aktiva dan Pasiva Bank

3.1. Manajemen Sumber Dana

Manajemen aktiva dan pasiva yang disebut juga dengan Assets and Liability Management (ALMA) sudah dapat dipastikan ada pada setiap bank. Kedua sisi neraca, yaitu sisi pasiva yang menggambarkan sumber dana dan sisi aktiva yang menggambarkan penggunaan (alokasi) dana harus dikelola secara efisien, efektif, produktif, dan seoptimal mungkin karena merupakan bisnis utama bagi setiap bank. Pengelolaan aset dan liabilitas tersebut disebut dengan Manajemen Aset dan Liabititas yang dikenal dengan ALMA (Assets and Liability Management). 
Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat perolehan ini tergantung pada bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung.oleh karena itu pemiliha sumber dana harus dilakukan secara tepat. 
Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari: 

Selasa, 01 April 2014

BAB II PENGENALAN LAPORAN KEUANGAN PERBANKAN

1. Neraca Bank
Di dalam akuntansi keuangan, Neraca atau laporan posisi keuangan (bahasa Inggris: balance sheet atau statement of financial position) adalah bagian dari laporan keuangan suatu entitas yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan posisi keuangan entitas tersebut pada akhir periode tersebut. 
Sedangkan dalam dunia perbankan, Neraca Bank adalah ikhtisar yang menggambarkan posisi harta, kewajiban, dan modal sendiri suatu badan usaha pada saat tertentu. Disebut neraca karena kenyataannya terjadi keseimbangan antara harta di satu pihak dengan kewajiban dan modal di pihak lain (balance sheet). Defini lain dari neraca bank yaitu laporan secara systematis yang menggambarkan posisi keuangan dari suatu perusahaan meliputi Assets (harta), Liabilities (hutang) dan Capital (modal).   
Neraca umumnya dibuat pada akhir periode akuntansi (akhir tahun) dan akhir periode (bulanan) dan dalam system akuntansi komputer neraca dapat dususun setiap saat bila diperlukan dan metode akuntansi perpetual memungkinkan neraca dapat divisual setiap saat.
     Isi/ elemen neraca bank terdiri dari :

Bab I Terapan Komputer perbankan

1. Pengertian dan Klasifikasi Bank
Bank adalah sebuah lembaga intermediasi keuangan umumnya didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan menerbitkan promes atau yang dikenal sebagai banknote. Kata bank berasal dari bahasa Italia banca berarti tempat penukaran uang  Sedangkan menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Dari berbagai jenis Bank, maka bank dapat dibedakan berdasarkan Jenisnya yaitu :

1.1. Berdasarkan Fungsinya
a. Bank Sentral
Bank sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.

Kamis, 23 Januari 2014

Bab XIV. Implementasi Operasi dan Pengendalian Sistem


Implementasi Operasi Dan Pengendalian Sistem

Dikarenakan banyak permasalahan dapat terjadi selama implementasi sistem, rencana formal dan pengendalian dalam tahap implementasi harus dibuat. Tiga langkah utama implementasi sistem:
1. Menetapkan rencana dan pengendalian
2. Pelaksanaan aktivitas seperti yang telah direncanakan
3. Menindaklanjuti dan mengevaluasi sistem yang baru

A.     Implementasi Sistem

Dalam proses Implementasi di perlukan adanya keterkaitan terhadap sistem informasi,dan dalam siklusnya dapat dijelaskan diantaranya :
1.        Identifikasi Pemahaman awal perlunya pembuatan sistem informasi dan permintaan formal untuk mengembangkan sistem informasi.
2.        Inisiasi dan Perencanaan Untuk menentukan spesifikasi kebutuhan dan untuk mengetahui bagaimana sistem informasi dapat membantu penyelesaian permasalahan. Pada tahap ini dibuat keputusan perlunya dibuat suatu aplikasi atau mengembangkan aplikasi yang sudah ada. Melakukan analisis untuk membuat spesifikasinya
3.             Analisisgstrukturkan kebutuhan pengguna serta menseleksi aplikasi lain yang sudah ada. Pada tahapan ini akan diperoleh spesifikasi fungsional sistem.
4.       Perencanaan Logika Mendapatkan dan menstrukturkan kebutuhan sistem informasi secara keseluruhan. Pada tahap ini akan diperoleh spesifikasi rinci data, laporan, tampilan, dan aturan pemrosesan.
5.             Perancangan Fisik Mengembangkan spesifikasi teknologi yang akan digunakan, pada tahap ini akan diperoleh struktur program dan basisdata, serta perancangan struktur fisik.
6.             Implementasi Pembuatan program dan basisdata, melakukan instal dan menguji sistem. Pada tahapan ini akan diperoleh program aplikasi dan dokumentasi.
7.             Pemeliharaan Melakukan pemantauan kegunaan dan fungsi sistem, serta melakukan audit sistem secara periodik.

B.   PENGENDALIAN KEUANGAN & SISTEM INFORMASI

Tujuan umum pengendalian keuangan tidak secara kaku dinyatakan sebagai pengurang biaya, meskipun ada perkembangan tetap dalam hal total biaya sistem informasi dlam organisasi. Daripada sebagai pengurang biaya keseluruhan, tujuan umum pengendalian keuangan adalah untuk meningkatkan manfaat yang di peroleh atas pengeluaran system informasi yang telah di lakukan. Alasan mengapa pengurangan biaya bukan merupakan sasaran utama :
1.      Pertama adalah hakekat dari system informasi sebagai aktivitas layanan dalam perusahaan
2.      Kedua, dalam perpektif biaya besar lainnya, biaya system informasi tidak terlalu besar
3.      Ketiga berkaitan dengan biaya, yang jumlahnya tetap dalam jangka pendek dan tetap dalam jumlah besar dalam tingkat kegiatan pemrosesan yang lebih besar
Alasan yang terakhir adalah sistem informasi memberikan kemungkinan peningkatan efektivitas keputusan manajerial.

Hakekat biaya biaya system informasi
Salah satu determinan utama pengendalian biaya adalah biaya tetap atau variabel. Sebagian besar personel system informasi adalah para professional yang di bayar dengan gaji tetap dan bukan berdasarkan jam kerja. Pengeluaran untuk gaji dan perangkat keras di perkirakan mencapai 75% atau lebih dari anggaran. Hasilnya menunjukkan bahwa anggaran utamanya terdiri atas biaya-biaya tetap.

C.     Pengendalian Atas Sumber Daya Non Keuangan Dalam Sistem Informasi

Pengukuran kinerja perangkat keras mencakup pemanfaatan sistem, waktu penuh pengolahan dalam sistem, dan daya tanggap sistem. Statistik pemanfaatan sangatlah penting, karena dapat mengindikasikan adanya leher botol ataupun kebutuhan perluasan sistem. Downtime merupakan persentase waktu dimana mesin tidak tersedia untuk digunakan. Faktor non kuantitatif utama lainnya yang penting dalam pengendalian adalah kinerja perangkat lunak.

Auditing Atas Sistem informasi.
Pendekatan umun yang di ikuti auditor adalah pertama, mendapatkan deskripsi mengenai sistem pengendalian intern, umumnya dengan menggunakan kuesioner pengendalian intern. Selama proses, auditor memasukkan tingkat dimana perusahaan secara aktual menerapkan pengendalian intern seperti yang di dokumentasikan dalam evaluasi pengendalian intern. Terakhir, auditor melakukan pengujian transaksi-transaksi spesifik yang berjalan dalam sistem.

Pemeliharaan Dan Modifikasi Sistem.
Salah satu alasan untuk melakukan perubahan adalah karena tidaklah mungkin untuk mengatasi seluruh kontinjensi selama tahap perancangan. Bugs adalah kesalahan pemrograman komputer yang tidak dapat dideteksi sampai sistem benar-benar memulai operasi. Seluruh modifikasi sistem harus didokumentasikan secara seksama. Dokumentasi harus mencakup alasan-alasan perubahan, perubahan-perubahan sebenarnya yang dilakukan, dan orang yang mengesahkan perubahan

Sumber :

http://riyan-hariyanto.blogspot.com

Bab XIII. Perancangan Sistem


Perancangan System

Perancangan system disebut sebagai formulasi cetak biru sistem yang lengkap. Perancangan system berproses dari bersifat umum ke khusus. Berdasarkan tujuan-tujuan umum yang harus dicapai, maka memungkinkan untuk membuat spesifikasi rinci, seperti struktur database, tata letak catatan, dan format-format laporan khusus.

A.     Langkah-langkah dalam perancangan system :

1.      Evaluasi berbagai alternatif rancangan.
Perancangan system harus menyajikan pemecahan untuk masalah spesifik.Perhitungan alternatif-alternatif rancangan.

Dalam merancang system yang lengkap, ada dua pendekatan umum:
- Merancang system benar-benar dari awal.
- Perancang memilih dan merekomendasikan system pra-buat (yang telah dirancang secara intern) sehingga menghasilkan system baru yang lengkap.

Seringkali, dihadapi pada perancangan system berjalan tidak berfungsi secara memadai. Oleh karena itu, perlu untuk merancang perubahan-perubahan atas system berjalan. Melalui dua pendekatan :
a) Memodifikasi data yang dikumpulkan dan laporan yang dihasilkan.
b) Merancang ulang system berjalan mencakup mengorganisasi ulang tanggung jawab pekerjaan.

Terakhir, beberapa alternatif perancangan dapat diaplikasikan baik untuk system baru atau untuk memodifikasi system berjalan.salah satu alternatif umum dapat mencakup pertimbangan apakah system tertentu harus dikomputerisasikan. Alternatif umum lainnya dapat mencakup penentuan apakah system akan dibuat tersentralisasiatau terdesentralisasi.

Alternatif-alternatif umum dalam perancangan.


2.      Mengevaluasi alternatif-alternatif
Alternatif telah disusun dan didokumentasikan dengan seksama, untuk memudahkan membandingkan alternatif tersebut. Kriteria alternatif :
a) Biaya vs manfaat
b) Harus memenuhi seluruh tujuan system yang utama
c) Kelayakan secara teknis maupun operasional
d) Alternatif perancangan terbaik dipilih oleh manajemen puncak.

3.      Pembuatan spesifikasi-spesifikasi rancangan
Para perancang harus bekerja mundur (backward) dari keluaran ke masukan. Sejalan dengan tujuan system, perancang harus merancang seluruh laporan manajemen dan dokumen keluaran pada langkah pertama dari proses. Jika seluruh keluaran dokumen telah dispesifikasi, masukkan data dan langkah-langkah pemrosesan secara otomatis ditentukan. Jika keputusan telah dibuat, perancang kemudian membentuk pengendalian-pengendalian yang tepat.
Perancangan elemen-elemen system.

4.      Pembuatan dan penyampaian spesifikasi-spesifikasi rancangan system (SUCI)
Spesifikasi rancangan lengkap harus disajikan dalam bentuk proposal. Proposal rancangan terinci, harus mencakup masalah-masalah pentin untuk mengimplementasikan proyek perancangan secara actual. Secara umum, mencakup kerangka waktu spesifik penyelesaian, anggaran, dan deskripsi kebutuhan personal dan juga bagan arus dan diagram-diagram lainnya yang menjelaskan system yang diimplementasikan. Untuk pemrosesan data, kebutuhan rincian yang berkaitan dengan perangkat keras dan perangkat lunak harus disajikan.

Selanjutnya, rincian khusus yang berkaitan dengan masukkan data dalam system (metode masukan,prosedur memilih data masukan, dan isi masukan data) harus dibuat. Terakhir, dalam seluruh kasus, informasi volume dan biaya khusus harus dibuat.

Analisis terinci atas pengendalian dan pengukuran keamanan dikaitkan dengan proposal perancangan untuk mempertimbangkan perancangan dengan mencakup persimpangan antara pengendalian intern dengan efisiensi.

B.     Pertimbangan-Pertimbangan Perancangan Umum

1.      Perancangan Keluaran
Pertimbangan pertama dan paling penting dalam perancangan keluaran adalah efektivitas biaya, karena investasi dalam system informasi sama seperti pengeluaran anggaran modal lainnya, harus dievaluasi dengan dasar biaya/manfaat. Tujuannya adalah memaksimalkan rasio manfaat terhadap biaya dan memenuhi tujuan system tertentu. Laporan harus mencakup informasi yang relevan, karena akan berakibat pada peningkatan biaya informasi.
2.      Perancangan Database
Database perusahaan harus dipadukan, keterpaduan (integrasi) menghindarkan pengumpulan dan pemeliharaan unsure data yang sama dalam lebih dari satu tempat dalam perusahaan. Pertimbangan lain yaitu standarisasi, seluruh unsure data dimasukkan dalam format standard an membuat nama jika digunakan untuk lebih dari satu tempat.
3.      Pemrosesan Data
Pertimbangan dalam pemrosesan data berkaitan dengan masalah keseragaman dan keterpaduan. Seluruh system pemrosesan data perusahaan berjalan sesuai denagn rencana-rencana umum. Pendekatan ini memungkinkan para pemakai secara bebas memindahkan dokumen dari satu system ke system lainnya.
4.      Masukan Data
Pertimbangan sulit dalam perancangan system masukan data yaitu akurasi. Penggunaan dokumen sumber yang dirancang secara baik akan mendorong karyawan untuk mencatat data secar akurat tanpa penghilangan-penghilangan.

Pengendalian dan Pengukuran-Pengukuran Keamanan. Pengendalian yang komprehensif dan tepat harus ditetapkan untuk setiap tahap dalam proses perancangan system. Ini merupakan suatu area dimana akuntan dapat memainkan peran penting pada saat bekerja dengan tim perancangan.

C.     Teknik-Teknik Perancangan

Perancangan system merupakan aktivitas kreatif. Banyak alat yang digunakan dalam analisis system. Seperti analisis masukan/keluaran, bagan arus system, diagram arus data, diagram WarnierOrr.
1.      Perancangan Formulir
Formulir merupakan penghubung antara pemakai dengan system itu sendiri. Perancangan system harus berfokus pada pembuatan dokumen yang biasa menjadi penghubung yang efektif antar manajer dan system informasi. Tekni-teknik:
·        Lembar Analisis Formulir. Mengikhtisarkan seluruh masalah yang relevan dengan order pembelian. Informasi tertentu yang penting yang berkaitan dengan biaya dan penggunaan formulir juga dicakupkan.
·        Diagram Hirarki Data. Pada elemen data dan hubungan hirarkis antara elemen satu dengan lainnya.
·        Bagan Tata Letak Formulir. Mencakup penggunaan kisi-kisi dimana setiap unsure berhubungan dengan lokasi tertentu dalam layar video, printer computer, media lainnya.
2.      Perancangan Database
Teknik perancangan database yaitu diagram struktur data, tata letak catatan, lembar analisis file, matriks yang berhubungan dengan file. Diagram struktur data mendefinisikan hubungan:
·        Diagram tata letak. Menunjukkan berbagai field data dalam catatan.
·        Lembar analisis file. Memberikan kepada perancang system seluruh informasi relevan yang berkaitan dengan isi file tertentu.
·        Matriks yang berkaitan dengan file. Menunjukan hubungan antara file, isi, & penggunaannya.
3.      Paket-Paket Perancangan Sistem
Tujuannya adalah untuk membantu perancang dalam melakukan pendekatan secara sistematis untuk memecahkan masalah tertentu. Serta membantu perancang menstrukturkan masalah perancangan yang akan menghemat waktu. CASE merupakan teknologi perangkat lunak computer yang mendukung bidang rekayasa terotomasi untuk pengembangan dan pemeliharaan perangkat lunak.
Keunggulan perangkat lunak yang dibeli:
·        Lebih murah. Biaya pengembangan tanggungan pembeli bukan pembuat.
·        Sudah siap pakai. Beberapa organisasi telah menggunakan paket untuk beberapa bulan.
·        Perusahaan dapat mencoba produk sebelum melakukan investasi uang bernilai besar.
Kekurangannya adalah bahwa paket tersebut sangat jarang memenuhi kebutuhan perusahaan. Paket perangkat lunak yang dikhususkan diperuntukkan pada pemakai tertentu. Pembelian setiap perangkat keras atau lunak merupakan kesalahan jika pembelian dipengaruhi oleh anggapan harga.

Sumber :

http://galileileoleo.blogspot.com

Bab XII. Perencanaan dan Analisis Sistem


Perencanaan Dan Analisis Sistem

Analisis Sistem merupakan Penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan dan mengevaluasi permasalahan, kesempatan, hambatan yang terjadi dan kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan perbaikan.

Perencanaan sistem adalah proses membuat sebuah laporan perencananaa sistem yang menggunakan sumber sistem informasi yang berhubungan dan mendukung tujuan bisnis dan operasi organisasi.

Perencanaan sistem dilakukan saat suatu kegiatan akan berjalan.tujuannnya untuk melihat kesempatan memanfaatkan teknologi informasi dan membangun proyek sistem yang mendukung tujuan bisnis.

A.     Perencanaan sistem dan analisis kelayakan

Dalam Perencanaan sistem harus memperhatikan faktor kelayakan dari rencana tersebut,yang mengutamakan kemungkinan keberhasilan dari sistem yang akan dikembangkan.
Perencanaan sistem dan analisis sistem mencakup 7 tahap yaitu :
1.      Pembahasan dan perencanaan pada tingkat manajemen puncak.
2.      Penetapan dewan pengarah perencanaan sistem.
3.      Penetapan tujuan dan batasan keseluruhan.
4.      Pengembangan perencanaan sistem informasi strategik.
5.    Identifikasi dan memprioritaskan area spesifik dalam organisasi sebagai focus pengembangan sistem.
6.  Pembuatan proposal sistem untuk mendukung dasar analisis dan perancangan awal sub system tertentu.
7.      Pembentukan tim untuk tujuan analisis perancangan awal sistem.
Analisis kelayakan bertujuan untuk menentukan kemungkinan keberhasilan solusi yang diusulkan. Analisis kelayakan berguna untuk memastikan bahwa solusi yang diusulkan tersebut benar – benar dapat dicapai dengan sumber daya dan dengan memperhatikan kendala yang terdapat pada perusahaan serta dampak terhadap lingkungan sekeliling.

B.     Langkah - Langkah Analisis Sistem.

B.1.      Identifikasi Masalah.

Mengidentifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam tahap analisis sistem. Tugas yang harus dilakukan analis sistem adalah :
1.      Mengidentifikasi penyebab masalah
2.      Mengidentifikasi titik keputusan
3.      Mengidentifikasi personil – personil kunci.

B.2.      Memahami Sistem Yang sudah Berjalan.

Langkah ini dapat dilakukan dengan mempelajari secara terinci bagaimana sistem yang ada beroperasi. Diperlukan data yang dapat diperoleh dengan cara melakukan penelitian.Sejumlah data perlu dikumpulkan dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang ada yaitu wawancara, observasi, daftar pertanyaan dan pengambilan sampel.

B.3.      Melakukan analisis.

Langkah ini dilakukan berdasarkan data yagn telah diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan pertanyaan dan kriteria ini, selanjutnya analis sistem akan dapat melakukan analis dari hasil penelitian dengan baik untuk menemukan kelemahan dan permasalahan dari sistem yang ada.

B.4.      Laporan Analisis.

Laporan hasil analisis diserahkan ke Panitia Pengarah yang nantinya akan diteruskan ke manajemen. Pihak manajemen bersama-sama dengan panitia pengarah dan pemakai sistem akan mempelajari temuan-temuan dan analis yang telah dilakukan oleh analis sistem yang disajikan dalam laporan ini.

C.     Teknik - Teknik Pengumpulan Fakta.

Fakta merupakan bagian dari informasi yang menunjukkan realita , situasi, dan relasi yang menjamin analisis permodelan

C.1.           Wawancara Pendekatan
Bermanfaat untuk mendekatkan analis dengan para pembuat keputusan dan masalah-masalah yang mereka hadapi dan untuk mengakrabkan pembicaraan dan meningkatkan perhatian para manajer. Wawancara pendekatan juga memungkinkan analis sistem untuk menetapkan hubungan kerja dengan manajer. Tekanannya adalah membina kepercayaan dan membuka hubungan komunikasi, dan bukan pada pengumpulan fakta.

C.2.           Wawancara Terstruktur
Tujuannya adalah untuk menjawab kumpulan pertanyaan tertentu. Seringkali bermanfaat untuk melakukan wawancara lanjutan yang lebih rinci. Setelah menelaah hasil wawancara pendekatan ini, analis harus membuat daftar pertanyaan spesifik, yang jika dijawab, akan membantu memahami penyebab masalah.

Penting untuk membuat membuat catatan tertulis selama dan setelah wawancara. Anggota kunci dari tim analis sistem harus bertemu dan membahas hasil-hasilnya. Pertanyaan tambahan dapat dibuat untuk digunakan dalam wawancara tambahan.

Beberapa hal penting dari wawancara harus dicatat. Pertama, sangat mungkin orang yang diwawancarai tidak bersikap kooperatif. Masalah kedua adalah jawaban para manajer yang bias, jika mereka menganggap analis sistem sebagai pengganggu yang masuk ke lingkungan mereka atau sebagai penghambat posisi pekerjaan mereka. Akhirnya, wawancara mengandung masalah seni mendengarkan. Pewawancara yang efektif akan memberikan kesempatan lebih banyak untuk berbicara kepada orang yang diwawancarainya.

C.3.           Kuesioner Terbuka
Teknik pengumpulan fakta dimana orang memberikan jawaban tertulis atas pertanyaan yang lebih bersifat umum daripada spesifik. Kuesioner tertulis memiliki beberapa kelebihan dibandingkan wawancara pendekatan. Pertama, manajer memiliki waktu yang lebih banyak untuk memikirkan pertanyaan tertentu sebelum memberikan tanggapan. Kedua, dalam banyak situasi, tidaklah layak untuk melakukan wawancara dengan seluruh karyawan, terutama jika jumlah karyawan, terutama jiika jumlah karyawan sangat banyak. Kuesioner tertulis dapat diisi tanpa nama.

C.4.           Kuesioner Tertutup
Merupakan teknik yang bermanfaat untuk mengumpulkan jawaban untuk pertanyaan dalam jumlah besar. Kuesioner tersebut sangat efektif dalam banyak situasi, termasuk mengumpulkan informasi mengenai pengendalian intern. Beberapa masalah yang timbul, salah satunya adalah jumlah pertanyaan yang banyak akan membuat jawaban menjadi dangkal. Bahaya yang kedua adalah bahwa karyawan umumnya lebih suka menjawab sedikit pertanyaan. Batasan utama pertanyaan rinci adalah adanya risiko dimana justru pertanyaan yang penting yang terabaikan. Masalah utama akan benar-benar tidak terdeteksi oleh kuesioner karena tidak ada pertanyaan yang berkaitan dengan masalah yang dimaksud.

C.5.           Penelaahan Dokumen
Dokumen-dokumen penting harus ditelaah sebelum melakukan wawancara. Dokumen-dokumen ini dapat membantu analis untuk memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai organisasi. Perlu diingat bahwa sistem umumnya tidak beroperasi dan dijalankan sesuai yang didokumentasikan. Analis tidak pernah mendasarkan pada dokumentasi pada saat menguraikan kinerja atau operasi sistem. Jika dokumen sudah mewakili kebijakan perusahaan berjala, maka pelanggaran atas kebijakan dapat dibuktikan.

C.6.           Observasi
Observasi operasi actual atas sistem yang dipelajari akan memberikan cara pandang yang tidak dapat diperoleh dengan cara lain. Observasi dapat bermanfaat untuk mengkonfirmasikan informasi yang diperoleh dari kuesioner dan wawancara. Teknik observasi yang bermanfaat adalah melihat transaksi yang akan diproses melalui keseluruhan sistem.

D.     Teknik-teknik mengorganisasikan fakta

Teknik
Tujuan
Pengukuran kerja
Mengikhtisarkan sumberdaya yang dibutuhkan untuk berbagai tugas.
Distribusi kerja
Mengikhtisarkan penggunaan jam kerja karyawan untuk pelaksanaan tugas-tugas.
Bagan arus
     Umum
     Arus keputusan
     Arus data logis
     Sistem rinci
Menggambarkan secara grafis arus dan hubungan dan kebutuhan-kebutuhan proses, dengan focus pada modularitas.
Analisis keputusan
Mengikhtisarkan keputusan dan informasi yang dibutuhkan.
Analisis fungsional
Mengikhtisarkan fungsi dan informasi yang berkaitan.
Fungsi hirarkis
Analisis matriks
Mengiktisarkan data masukan/keluaran yang berkaitan.
Naratif
Ikhtisar tertulis.
Ikhtisar file/laporan
Teknik untuk mengorganisasikan fakta terdiri dari :
a.       Analisis pengukuran kinerja
Aspek penting analisis sistem adalah pengukuran aktivitas-aktivitas kerja. Tujuan pengukuran kinerja adalah menganalisis tugas tertentu dan mengikhtisarkan jumlah masukan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas. Tujuan utama analisis pengukuran kerja adalah mempelajari dan mengukur efisiensi tugas-tugas pekerjaan tertentu. Analis seringkali menggunakan uji petik statistic dimana sampel acak transaksi diobservasi secara periodic, maka dapat dibuat kesimpulan umum.
b.      Analisis Distribusi kerja
Perbedaan utama adalah bahwa analisis distribusi kerja berfokus pada tugas-tugas tertentu individu tertentu, sementara analisis pengukuran kinerja berfokus pada satu tugas tertentu. Analisis pengukuran kerja dan analisis distribusi kerja akan menjadi alat bukti yang efektif untuk mempelajari pemanfaatan sumberdaya-sumberdaya perusahaan. Teknik-teknik ini memberikan pemahaman yang mendalam mengenai pekerjaan-pekerjaan dalam sistem yang sedang dipelajari.
c.       Analisis Fungsional
Transaksi-transaksi diuraikan dalam bentuk pelaksanaan fungsi tertentu.Aplikasi yang sangat berguna adalah analisis fungsional hierarchies.
Cara yang sangat bermanfaat untuk mengembangkan pendekatan analisis fungsi hierarchies adalah dengan menambahkannya dengan diagram arus data logis dan bagan arus dokumen.
Diagram fungsi hierarchies yang memuat bagan arus pendukung menunjukkan masukan, keluaran, dan proses yang disebut HIPO (Hierarki, ditambah masukan, proses, keluaran
Secara keseluruhan, HIPO memiliki kelebihan dibandingkan bagan arus sederhana karena menunjukkan  sistem informasi dalam bentuk modul2 dan mengaitkan modul-modul tersebut dengan informasi dalam organisasi.Analisis modular terutama bermanfaat dalam memfokuskan rancangan area-area tertentu.
d.      Analisis Matriks
Terdapat baik sumber maupun penggunaan informasi , sehingga diagram jenis ini kadang-kadang disebut sebagai diagram sumber dan penggunaan informasi.Dalam praktik, analis sistem menggunakan beragam matriks.Sebagai contoh, baik pengukuran kerja maupun analisis distribusi kerja mencakup matriks.Satu masalah penting yang dihadapi perancang sistem adalah spesifikasi tata letak catatan dan struktur file.Diagram masukan/keluaran memberikan referensi yang bermanfaat untuk masalah perancangan ini.Dagram masukan/keluaran memliki kekurangan karena tidak menggambarkan arus informasi.

E.     Analisis Sistem Terstruktur.

Salah satu pendekatan formal pertama untuk analisis sistem informasi. Analisis ini terfokus pada aliran data dan proses bisnis dan perangkat lunak. Analisis ini disebut proses oriented. Analisis terstruktur sederhana dalam konsep. Proses analis menggambarkan serangkaian proses dalam bentuk diagram alir data (Data Flow Diagram) yang menggambarkan proses yang ada atau yang diusulkan bersama-sama dengan input , output dan file mereka.

Sumber :
http://fajarnurhapiz.blogspot.com
http://fibyasmarini.blogspot.com

http://galileileoleo.blogspot.com